Friday, June 14, 2013
Investor Domestik Borong Saham
Analis dari PT BNI Securities, Thendra Crisnanda, mengatakan cukup
rendahnya posisi indeks mendorong investor masuk kembali ke pasar saham.
"Investor, khususnya domestik, mulai mencicil secara bertahap mumpung
harganya murah," ujar dia.
Sentimen regional yang positif menjadi katalis yang mendorong
aksi borong saham tersebut. Bursa global dan regional cenderung positif
setelah data penjualan retail di Amerika meningkat serta jumlah
penganggur yang mengisi klaim pengangguran di Amerika mulai menyusut.
Menurut Thendra, investor domestik kebanyakan memburu saham-saham
yang defensif dan berorientasi domestik, misalnya sektor konsumsi,
infrastruktur, konstruksi, dan properti. "Investor berharap harga saham
tersebut akan naik seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat
menjelang bulan puasa dan hari raya."
Ekspektasi meningkatnya inflasi sebagai konsekuensi tingginya
konsumsi dan kenaikan harga BBM dinilai hanya sementara. Justru
kepastian kenaikan harga BBM akan berdampak positif karena defisit
fiskal berkurang.
Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6
persen juga tidak terlalu berdampak besar. Emiten-emiten yang sensitif
dengan suku bunga seperti perbankan, properti, atau otomotif masih
ditopang fundamental keuangan yang baik.
Pekan depan, indeks diperkirakan bergerak di kisaran 4.650-4.770.
"Saham-saham yang harganya masih berpeluang naik hingga akhir tahun
misalnya Charoen Pokphand, Indofood CBP, Mitra Adiperkasa, PT
Pembangunan Perumahan, Waskita Karya, Bumi Serpong Damai, dan Lippo
Karawaci," kata Thendra.PDAT | M. AZHAR
Rupiah Alami Penguatan Terbatas
JAKARTA -- Kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga
acuan membawa rupiah menguat terbatas. Dalam transaksi pasar uang
kemarin, rupiah menguat 11 poin (0,11 persen) ke level 9.872 per dolar
Amerika Serikat.
Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova, mengatakan
pasar cukup menunjukkan geliat positif setelah BI mengeluarkan dua
kebijakan moneter sekaligus, yaitu kenaikan suku bunga fasilitas
pinjaman (FasBI) dan suku bunga acuan. "Setidaknya likuiditas rupiah
yang sedang berhamburan dapat terserap," kata dia kemarin.
Kebijakan moneter BI juga berdampak pada berkurangnya tekanan di
pasar non-deliverable forward yang kembali ditransaksikan di kisaran
9.900 setelah sepekan terakhir betah di level 10 ribu.
Menurut Rully, kebijakan moneter yang lebih ketat akan mencegah
spekulan memenuhi pasar uang, sehingga kepercayaan investor meningkat.
"Imbasnya, pelemahan rupiah menjadi terbatas."
Di sisi lain, sentimen global masih akan mempengaruhi pergerakan
rupiah secara signifikan. Investor masih khawatir dengan kabar
kelanjutan stimulus bank sentral Amerika (The Fed) serta defisit
transaksi berjalan di Cina. Kedua faktor tersebut menjadi penyebab
larinya dana asing dari pasar berkembang.
Pekan depan rupiah diperkirakan masih akan bergerak di kisaran
9.900-9.940 per dolar AS. Investor masih menunggu kepastian kenaikan
harga BBM bersubsidi yang rencananya diputuskan pada pekan depan.
"Ada potensi rupiah mengalami apresiasi terbatas apabila rilis
data ketenagakerjaan AS positif dan pertemuan FOMC Meeting the Fed
memastikan melanjutkan program stimulus," ujar Rully.PDAT | MEGEL JEKSON
No Response to "Investor Domestik Borong Saham"
Leave A Reply