Monday, June 24, 2013
Bisnis Elpiji Pertamina Rugi Rp 6,5 Triliun
"Peningkatan potensi kerugian itu karena biaya-biaya naik, sementara
harga (jual) enggak naik. Saat ini kami menanggung kerugian sebesar Rp
5.152 per kilogram untuk elpiji 12 kilogram," ujar Direktur LPG dan
Produk Gas Pertamina, Gigih Wahyu Hari Irianto, kepada Tempo, kemarin.
Menurut Gigih, Pertamina tidak bisa menahan pertumbuhan konsumsi
elpiji 12 kilogram yang setiap tahunnya meningkat 5-8 persen. "Kebutuhan
rumah tangga dan industri kecil untuk elpiji 3 kilogram akan selalu
meningkat. Otomatis kekurangan pasokan akan diisi oleh elpiji 12
kilogram juga," ujar dia.
Untuk mengatasi kerugian, sebenarnya Pertamina berencana
menaikkan harga elpiji dari Rp 2.116,7 per kilogram menjadi Rp 7.966,7
per kilogram. Artinya, harga elpiji 12 kilogram akan naik sebesar Rp
25.400 menjadi Rp 95.600 dari Rp 70.200 per tabung. Tapi hingga saat ini
rencana itu ditolak pemerintah.
"Kami kan pertimbangannya bisnis, sementara pemerintah
(pertimbangannya) sosial-politik dan punya perangkat yang lebih
lengkap," ujar dia.
Pertamina juga wajib mengimpor elpiji sebanyak tiga kargo, atau
1,32 juta ton, per bulan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Jika
konsumsi semakin meningkat, perseroan terpaksa menambah impor sebanyak
satu kargo, atau 44 ribu ton, elpiji.
Dua bulan terakhir, masyarakat di sejumlah daerah mengeluhkan
kelangkaan dan mahalnya elpiji 12 kilogram. Elpiji yang biasanya dijual
Rp 75 ribu per tabung harganya tiba-tiba melambung sampai Rp 125 ribu
per tabung. Diduga, agen elpiji sengaja menahan stok untuk
mengantisipasi rencana Pertamina menaikkan harga elpiji.
Juru bicara Pertamina, Ali Mundakir, meminta masyarakat melapor
jika membeli harga gas di atas harga normal. "Tidak ada kebijakan
kenaikan harga dari Pertamina." ujar dia. AYU PRIMA SANDI | ANANDA TERESIA
No Response to "Bisnis Elpiji Pertamina Rugi Rp 6,5 Triliun"
Leave A Reply