Friday, June 7, 2013

Intervensi BI Batasi Pelemahan Rupiah

Posted on 11:40 PM by Unknown

Head of Treasury Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengatakan tekanan terhadap rupiah belum surut karena dolar masih dianggap sebagai mata uang yang paling aman (safe haven) saat ini. "Untungnya, kehadiran Bank Indonesia di pasar uang membuat pelemahan rupiah terbatas."

Mata uang dolar kembali menguat setelah pertumbuhan data tenaga kerja sektor jasa di AS pada Mei hanya bertambah 135 ribu orang, di bawah ekspektasi 171 ribu orang. Melemahnya data ini menyusul data manufaktur AS yang juga turun pekan sebelumnya.


Aksi jual saham oleh asing di pasar modal yang mencapai hampir Rp 1,8 triliun turut mempengaruhi rupiah. Hal itu terjadi lantaran para pelaku pasar mengantisipasi rilis angka pengangguran Negeri Abang Sam pada Jumat malam. Apabila angka pengangguran turun dari level 7,5 persen, sentimen global akan kembali membaik.

Menurut Nurul, penundaan kenaikan harga BBM masih akan menjadi perhatian pasar. Tanpa kenaikan, permintaan BBM akan terus meningkat dan impor semakin tinggi. Neraca perdagangan juga kembali defisit. "Pada akhirnya, BI harus turun tangan untuk menstabilkan nilai tukar," ujar dia.

Pekan depan rupiah diperkirakan masih kembali mengalami tekanan di kisaran 9.780-9.823. Cadangan devisa Mei yang turun US$ 2 miliar ke US$ 105 miliar dinilai masih cukup aman bagi BI untuk melanjutkan intervensi rupiah. PDAT | M. AZHAR

Indeks Terkoreksi Tajam


JAKARTA -- Melemahnya bursa regional yang mengantisipasi data ketenagakerjaan Amerika Serikat menjadi katalis negatif indeks saham di bursa Jakarta. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia kemarin terjun 135,90 poin (2,72 persen) ke level 4.865,32. Ini adalah koreksi indeks paling tajam sepanjang 2013.


Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Alwi Assegaf, mengatakan sentimen negatif datang dari melemahnya data ekonomi Amerika Serikat yang dimotori indeks manufaktur dan data penambahan tenaga kerja sektor jasa yang di bawah ekspektasi. "Investor mulai berhati-hati dan mengambil jarak dengan pasar," ujar dia.


Selain itu, investor masih menanti kepastian bank sentral Amerika (The Fed) dalam melanjutkan program stimulusnya yang berjumlah US$ 85 miliar per bulan. Apabila stimulus dihentikan, otomatis aliran dana asing yang masuk ke pasar saham menjadi terbatas.


Di sisi lain, tekanan jual asing semakin meningkat dengan total penjualan bersih kemarin mencapai Rp 1,8 triliun turut menjadi pemberat indeks. Secara kumulatif, nilai transaksi jual asing dalam dua pekan belakangan ini telah menembus angka Rp 10 triliun.


Menurut Alwi, penutupan indeks di bawah level 4.900 menandai terbentuknya pola bearish. Setelah menyentuh ke dasar, biasanya indeks akan kembali menguat karena adanya dorongan untuk membeli saham di harga murah (bargain hunting). "Aksi beli ini bisa mendorong indeks untuk melangkah ke posisi yang lebih tinggi."


Pekan depan, indeks akan bergerak di kisaran 4.852-4.936 dengan kecenderungan konsolidasi. Direkomendasikan untuk memilih saham-saham domestik serta saham-saham sektor perbankan yang harganya sudah mulai turun. "Beberapa yang layak dibeli antara lain Indofood, Mayora, Unilever, dan Bank Mandiri," ujar Alwi. PDAT | MEGEL JEKSON

No Response to "Intervensi BI Batasi Pelemahan Rupiah"

Leave A Reply